Sabtu, 09 Oktober 2010

MAHASISWA YOGYA REFLEKSI SETENGAH ABAD WAFATNYA KI HADJAR DEWANTARA


Minggu, 26 April 2009 | 10:48 WIB

TEMPO Interaktif, Yogyakarta: Setengah abad wafatnya Ki Hadjar Dewantara diperingati dengan aksi damai oleh tiga puluhan mahasiswa Yogyakarta. Mereka melakukan orasi dan berjalan menuju makam Ki Hadjar untuk berziarah.

“Ajaran-ajaran Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan nasional hanya menjadi slogan saja saat ini, padahal pada kenyataannya dunia pendidikan sangat bertentangan dengan ajarannya,” kata Zaenal Irawan, koordinator aksi, Minggu (26/4).

Menurut dia, ajaran-ajaran Ki Hadjar sudah tergerus oleh arus globalisasi, sehingga pendidikan untuk rakyat dirasa sangat berat dan mahal. Pengesahan Undang-undang Badan Hukum Pendidikan (BHP) juga dirasa merugikan dunia pendidikan pada umumnya dan kendala berat bagi masyarakat miskin untuk mengakses pendidikan murah.

Selain itu, tambah dia dalam Undang-undang BHP, perguruan tinggi swasta dianggap sama dengan perguruan tinggi negeri. Hal tersebut berakibat akan terjadi kompetisi yang tidak seimbang antara perguruan tinggi swasta dan perguruan tinggi negeri.

“Ini mengakibatkan persaingan yang kurang sehat,” kata dia.

Ujian Nasional (Unas), kata Zaenal justru bertentangan dengan ajaran Ki Hadjar, karena Unas sebagai evaluasi hasil belajar menjadi penentu kelulusan dirasa menyimpang ajaran nasionalisme Ki Hadjar yang memberi kebebasan setiap individu untuk mengembangkan potensi diri.

“Kalau ditelisik, Unas mengakibatkan lembaga pendidikan atau sekolah lebih memfokuskan siswanya agar mencapai target kelulusan daripada menanamkan nilai nasionalisme dan nilai budaya bangsa,” kata dia di sela aksi.

Aksi damai dan longmarch dilakukan dari kampus Universitas Negeri yogyakarta menuju kampus Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa dan berakhir di makam Ki Hadjar di makam para pendiri taman Siswa, Wiyata Brata untuk berziarah.



MUH SYAIFULLAH